DIAM

Ada aksi (+/-) tentunya ada reaksi (+/-). Walaupun hanya diam, menurut saya itu tetap suatu sikap baik dari aksi maupun reaksi baik untuk positif pun negatif.

Dalam beberapa hal, saya beraksi atau bereaksi diam karena menurut saya itu jalan terbaik.
Memang banyak pilihan untuk kita menentukan sikap mana yang akan dilakukan, tergantung standar kehidupan yang kita yakini. Dan biasanya itu tantangannya, yang sudah digariskan dalam takdir, usaha apapun gak seru kalo gak ada tantangannya, ya gak ? 
Penentuan sikap yang diambil boleh jadi penilaian orang terhadap kepribadian kita, moral kita, akhlak kita. Tentu gak sampe disitu aja dong.. karena apa ? karena dunia ini penuh 'warna'. Warna manusia dari berbagai latarbelakangnya, karakternya, bahkan keilmuannya. Yang menurut saya, semua itu faktor utama seseorang dalam menentukan aksi pun reaksinya.

Dalam hidup saya, sejauh ini, saya sudah bertemu dengan banyak 'warna'. Yang bisa menimbulkan reaksi (yang berbagai macam 'warna' pula). Terkadang hukum paradoks berlaku juga lho... aksinya memang seringkali tak disangka-sangka, pun dengan reaksinya yang banyak 'kejutan' pada gradasi 'warna'nya. 

Contoh aja, ada beberapa aksi teman yang tidak bisa 'sendirian' untuk ambil keputusan yang padahal (menurut saya) itu hal sepele, ada juga yang mendamba pujian, ada yang lebih suka mendengar, ada yang menjaga image, ada yang mendahulukan egonya, ada yang pura-pura, ada yang depan baik belakang nusuk (susah cari padanan kata dalam bahasa Indonesia yang baik dan benarnya, haha!), ada "serigala" berbulu "domba" (lugunya aduhai, taunya jleb), [ternyata banyak perumpaan ya dalam bahasa Indonesia], lalu ada yang (lebih) nyaman bersosialisasi dengan lawan jenis, ada yang moody, ada yang cuek, ada yang peka, sampai pada ada yang turbulen (+&-). bisa diibaratkan yang turbulen itu warnanya transparan, hihihi...

Reaksinya pun penuh 'warna' sampai bisa transparan lho... dan memancing ego untuk bereaksi paradoks. Ada yang memilih sebagai pemain utama, penonton saja atau bahkan hanya sebagai pelengkap. Subhanallah ya... Allah Maha Kuasa atas seluruh ciptaanNYA. Itu semua sekedar penilaian saya pribadi dari pengalaman berinteraksi.

Saya pribadi mengalami degradasi beraksi diawal usia 20 tahunan (telat banget yak?) yang mana proses bereaksi gak segampang beraksi lagi, karena banyak aksi negatif didepan mata dan saya memilih untuk bereaksi positif. Apabila saya memilih bereaksi negatif, selain khawatir menyakiti perasaan orang lain, saya juga paling takut diminta pertanggungjawabannya kelak atas perbuatan saya tersebut. 
Itu yang saya yakini sampai saat ini. Dan itu satu-satunya alasan kenapa saya beraksi dan bereaksi diam.

Memang menjalankan teori (selalu) tak seindah harapan ya... itu yang saya rasakan, tapi setidaknya ada kemauan dari diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik tentu dengan pengorbanan yang kita miliki.Ssaya yakin, gak akan ada perubahan yang positif tanpa diiringi dengan pengorbanan. Pengorbanan membunuh ego yang negatif itu gak gampang dan butuh kekuatan untuk bisa bertahan mengorbankannya. Semoga selalu diistiqamahkan pada kebaikan dan kebenaran. amiin.

Semakin paham apa makna dari pernyataan Rasulullah SAW : "sebenar-benarnya musuh adalah diri sendiri".



Comments