Ghazw Al-Fikri #1

Adalah tema tausiyah #1 saya bersama ust. Felix Siauw.

Sedikit berkronologis, #duniaharustau# awalnya udah lama saya ingin bisa ikut pengajian dengan ust. tersebut. Namun, seringkali banyak kendala, sampai pada akhirnya kemarin saya bisa hadir ikutan tausiyah beliau. Alhamdulillah... Yes, im so excited ! karena rasanya seperti gayung saya disambut..ehehe..kacumponanlah !
Jadilah, sore itu sepulang kerja, saya dan teman kantor bergegas menuju mesjid Sunda Kelapa. Yang mana cukup jauh dari kantor kami, tapi Alhamdulillah segalanya dimudahkan ! (Niat baik, insyaAllah dimudahkan, bukan ?) lancar jaya pokonya.. nemu mamang ojeknya kooperatif (dan ngebut), bus transjak yg kosyong (amazing bgt bisa dapet tempat duduk!), lanjut ngojek lagi, yang kali ini abangnya rock n roll ! bhahahha ! lampu merah ditrabas aje... pulangnya kita berdua naik bajaj yang Alhamdulillah bageur + someah, bikin happy deh malem itu, sama skali gak kerasa capeknya sepulang kerja.

Sekian dulu basabasinya yah. Let's start the Ghazw Al-Fikri. (karena isinya panjang, jadi saya bagi 2 post) Bismillah...

Apa sih Ghazw Al-Fikri ? menurut ust. Felix istilah ini gak asing dikalangan para pedakwah.
Ghazw Al-Fikri adalah kata lain dari Neo Imperialisme = Penjajahan Gaya Baru.

Apa penjajahan gaya baru yang dimaksud ? Penjajahan pemikiran.

Sejak kapan ? Dimulai sejak kekalahan Islam pada masa Khalifah Suleyman di Wina, Austria tahun 1683, sekaligus jadi titik tolak mundurnya Islam. 

Menurut saya, paling menarik dikupasnya dari sini. Kenapa bisa sampai kalah ? dengan cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ust. Felix menerangkan ;
Pada masa sebelumnya, Islam menikmati zaman keemasan (Islamic Golden Age) dalam kurun 750-1500. Nah,  dari sana perlahan mengalami degradasi
Khilafah Abbasiyah menikmati puncak keemasan sains dan teknologi. Khilafah Utsmaniyah tandai keemasannya dengan wilayah terluas, sampai masa Sultan Fatih Mehmed II dan Khalifah Suleyman Qanuni, Islam sudah sangat kuat. 
Pada masa Khalifah Suleyman inilah, Islam mencapai puncak kejayaan dan luasan. Islam memiliki hegemoni di daratan maupun lautan, sampai akhirnya terlena oleh harapan kemenangan dan kemewahan hidup. 
Pada akhirnya konsep Jihad bergeser makna & tujuannya, yakni dianggap seperti Perdagangan. Tujuan Jihad bukan lagi Syurga, melainkan ghanimah. Tentu Allah SWT memberikan banyak hikmah + pelajaran dari kekalahan tersebut. Salah satunya, bisa jadi untuk memperbaiki pemahaman Islam yang sudah bergeser tersebut toh ?

Sejak saat itulah terakhir kalinya kaum Muslim lakukan jihad, dan tanpa disadari, ini adalah salah satu faktor yang sebabkan lemahnya Islam dan bangkitnya barat. 

Faktor lainnya adalah ditinggalkannya bahasa arab sebagai bahasa Islam, sehingga lemahlah pemahaman Islam. Sebagaimana jamak diketahui, Khilafah Islam berasal dari sultan-sultan mamalik, tentara-tentara ajam yang akhirnya jadi pemimpin kaum Muslim. Masalah mulai muncul saat kaum mamalik ini tidak menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ibu, kecuali pada sultan-sultan yangg sedikit. Sehingga terjadilah pemisahan “potensi Islam” dan “potensi bahasa arab”, yang merupakan pokok dari pengetahuan dan ilmu dalam Islam serta rendahnya pemahaman Islam. 
Akibat ditinggalkannya bahasa arab dapat terlihat ketika Al-Qaffal menutup pintu ijtihad, sehingga ummat resah, kemudian permasalahan mulai muncul ditengah ummat tanpa ada penyelesaian, “apakah TV halal atau haram?”, “bolehkah Al-Qur’an dicetak?” dan sebagainya. 
Lengkap sudah kemunduran berpikir kaum Muslim tatkala diserang oleh filsafat persia dan yunani yang menyusup dalam pikir kaum Muslim (tanpa disadari, karena mereka pandai "membungkus"nya, kawan..). Filsafat persia sangat nyata pada pemikiran tasawuf pada masa itu, misalnya penyucian diri dengan cara menyiksa fisik sebagai ganti ketinggian ruh. Dan filsafat yunani pun nyata menyerang pemahaman tentang taqdir, qadha-qadar, hingga melahirkan fitnah khalqul qur’an gaya mu’tazilah. 
Saat kondisi pemahaman ummat melemah dan ketakwaan mereka pada Allah mulai memudar, serangan-serangan barat semakin intens.

Nah, disinilah penjajahan pemikiran dimulai.
Barat mulai ekspansi militer dengan 3G (gold-gospel-glory). 
Akhir abad ke-16, para misionaris (lebih canggih daripada agen 007 lho, karena mereka punya senjata yang paling berbahaya, yaitu PEMIKIRAN).
Dimulai di malta, prancis, inggris, serta amerika urun rembuk di sepanjang abad 18-19, menabur benih kehancuran dengan menanam paham-paham buatan mereka. Salah satunya, adalah paham nasionalisme yang disebarkan hingga kaum Muslim mengelompokkan diri sebagai arab, turki atau mesir, daripada menganggap mereka satu Muslim. Got it ? (tokoh-tokoh misionarisnya banyak banget, saya gak sempat menghapal/menulis nama-namanya, karena tempo Ust.Felix berdakwah cepet banget ! [ pesan moral, lain waktu bawa recorder yah ! ], 
eh ada yg nyantol 1 orang yang saya ingat, dia adalah perdana menteri Inggris, William Ewart Gladstone (1809-1898), sekaligus pendiri partai Liberal (1868-1894), dia sangat piawai berorasi dalam urusan perekonomian. Pada masa pemerintahannya, inggris melakukan invasi ke mesir pada tahun 1882. Selanjutnya, paham nasionalisme ini dirumuskan di salah satu kota besar tempat dakwah nasionalisme adalah  kota Beirut. American University of Beirut misalnya dibentuk pada 1866. Sebab selanjutnya keruntuhan Khilafah juga terkait dengan serangan fisik, peperangan dan imperialisme serta melalui perjanjian-perjanjian. 
Diantaranya ada perjanjian karlowitz 1699, Perjanjian passarowitz 1718, Perjanjian Belgrade 1739, Perjanjian Kรผรงรผk Kaynarca 1774, yang semuanya mengerat habis wilayah Khilafah Utsmani. Gak ketinggalan, Russia mengerat wilayah Khilafah di utara sampai berbatasan dengan laut hitam di masa Catherine, sementara prancis menjajah mesir pada 1698, aljazair pada 1830, tunisia pada 1881, moroko pada 1912. Ada Inggris yang mengambil wilayah india, cina barat, sudan, dan akhirnya merebut mesir dari prancis, kaum Muslim seperti hidangan yang diperebutkan.

Kebayang kan kacaunya ? keruhnya ? Ditengah-tengah kekacauan ini, internal Muslim goyah karena seringnya pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan inti yeniseri, ada yang bilang juga yanisari. Pembubaran pasukan yeniseri oleh Khalifah Mahmud II pada 1826 menambah daftar panjang penyebab lemahnya Islam dan lemahnya pasukannya. Saat pasukan yeniseri bubar, maka pengaruh barat yang deras masuk memaksa kaum Muslim mengadakan pembaruan militer dan hukum. Reformasi inilah yang dinamakan ‘tanzimat’ sebuah reformasi yang agaknya lebih cenderung kepada sekuleriasi Khilafah Islam.

Bersambung yaa... 


Comments