Untuk menghindari
“kematian” otak, banyak sekali yang harus saya lakukan. Terlebih jika saya tidak mau ketinggalan dan semakin ketinggalan (salah satunya) dengan kemajuan
teknologi. Sebagai gambaran, dulu ketika saya belum selesai mempelajari
Autocad 2005 2D, sudah muncul Autocad 2006, lalu 2007, dan ketika saya
mulai tekuni versi 2011 3D-nya, eeehh.. sudah muncul lagi yang terbaru Autocad 2012 ! Bhahahha ! Sekarang udah ada yg versi 2013 aja dong.. *Dowenk!*
Kenapa rejuvenasi ? karena kita semakin hari semakin tua, maka kita harus
bisa membuat semacam perlindungan untuk otak agar semakin tua bagian kompleksitas otak bisa disederhanakan tanpa mengurangi makna apapun. Got it ?
Untuk bisa protect secara stabil tentu diperlukan eksperimen yang harus kita lakukan secara kontinyu,
terus menerus, walaupun dengan suatu perencanaan yang berbeda, dan bisa kita
sesuaikan dengan kondisi kita saat ini, serta tidak terlepas dari standarnya.
Itu baru(salah satu) teknologi. Bagaimana dengan yang lain ?
Well, saya punya mimpi.
Mimpi yang dimaksud di sini bukanlah mimpi yang berarti serangkaian pikiran, gambar, atau emosi yang terjadi sewaktu tidur.
Tetapi mimpi yang lain, yang kata buku kamus besar itu berarti suatu kemauan atau tujuan yang diinginkan teramat sangat. Setidaknya dengan mimpi itu, ada gambaran harus melangkah kemana. Umpamanya mimpi itu adalah suatu alamat tujuan, saya harus membuat sketsa peta jalan, menentukan waktu berapa lama menujunya serta langkah-langkah dan arah untuk mencapai alamat tujuan tersebut, bukan ?
Mimpi yang dimaksud di sini bukanlah mimpi yang berarti serangkaian pikiran, gambar, atau emosi yang terjadi sewaktu tidur.
Tetapi mimpi yang lain, yang kata buku kamus besar itu berarti suatu kemauan atau tujuan yang diinginkan teramat sangat. Setidaknya dengan mimpi itu, ada gambaran harus melangkah kemana. Umpamanya mimpi itu adalah suatu alamat tujuan, saya harus membuat sketsa peta jalan, menentukan waktu berapa lama menujunya serta langkah-langkah dan arah untuk mencapai alamat tujuan tersebut, bukan ?
Nah, bisa dibayangkan kalau saya tidak punya mimpi. Tentu saya tidak punya arah mau dibawa kemana kehidupan saya ini ? dan bisa jadi saya tersesat toh ?... Paralel dari semua itu adalah dengan waktu yang terus
berjalan, tak sedetik pun terhenti. Jangan sampai saya menyianyiakan nikmat Allah SWT.
Tidak jarang saya justru (merasa) tersesat dalam
mimpi-mimpi itu. Terlalu banyak elemen mimpi dan terlalu sibuk
mengutak-ngatik mimpi tanpa ada waktu membuatnya jadi nyata. Mau ini mau
itu, banyak sekali. Tetapi sekarang saya tau, setidaknya saya sudah bisa
memilah-milih mimpi yang sesuai dengan fitrah dan sudah
mulai membangun mimpi itu untuk beberapa dekade ke depan sampai ajal tiba.
Comments
Post a Comment