Cerita Kehamilan Anak Pertama

Mau mencoba berkronologi sekaligus menguji memori saya untuk mengingat kembali kejadian dari 7 bulan lalu.. heuheuheu...

Singkatnya aja yaa,...
Desember 2012 - Februari 2013 adalah masa trimester pertama saya. Dan sudah mulai mengalami drama. Ya, drama mabok. Mulai dari muntah, pusing, jangar, migren, flu, batuk, mual, keputihan, gak enak badan, cepet capek, segala rupa kerasa. Orang bilang morning sickness, saya bilang mah all day sickness, karna dari pagi sampe malem ya mabok terus. Nyium uap nasi baru mateng, eneg. Nyium aroma *ndomi* langsung mual, makan permen rasa strawberry aja mual, bahkan yang biasanya minum air bening sehabis bangun tidur 3 gelas, eeeh.. sejak hamil minum air bening seteguk aja langsung mual, sampai akhirnya saya pun jarang masuk kantor heheh.., setiap minggu dalam sebulan pasti ada aja bolosnya ehe...
Jadi pelajaran juga sih buat saya pribadi, kalau sakit jangan langsung minum obat, jadinya sekalinya gak minum obat berasa paling sakit sedunia. Karna dulu sebelum hamil kalau jangar, demam, flu atau batuk saya selalu minum obat warung atau antibiotik, nah sejak hamil kan gak boleh tuh [walau ada beberapa pendapat yang memperbolehkan untuk dikonsumsi ibu hamil, namun menurut dr. Bintari sebenarnya tidak ada obat yang benar-benar aman untuk ibu hamil] dan saya gak mau ambil resiko, jadilah gak pake obat-obatan apapun... dikeureuyeuh weh,.. diterima, dijalani, dan dinikmati. Awalnya memang berat dan mikir gak akan kuat kalau gini terus ke depannya, tapi seiring waktu, saya pasrah ke Allah SWT aja, karna yang menciptakan penyakit Dia, yang menyembuhkan penyakit juga Dia, sambil tetep ikhtiar tentunya, karna ikhtiar mah wajib. Lalu sejak tau hamil, saya ganti pelembab muka saya, karna yang biasa saya pakai mengandung paraben yang mana tidak baik untuk ibu hamil. Syukurnya saya gak jerawatan dan kalau ada yg nanya ngidam apa, jujur aja saya bingung jawabnya, karna yang ada mabok mulu, eh tapi entah apa ini namanya, sebelum hamil saya gak doyan kerupuk tapi sejak hamil setiap kali makan nasi harus selalu ada kerupuknya, nyadarnya setelah beberapa teman yang bilang heheh...
Menurut dr. Bintari (dokter obgyn saya selama kehamilan di RSB ASIH, Jakarta) berita gembira dari drama kumbara itu adalah pertanda janin kita tumbuh sehat dan dengan cara seperti itulah sang janin mempertahankan hidupnya. Langsung legaaa... Alhamdulillah !
Jadi inget kata suami, untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang fitrah itu pasti dibutuhkan pengorbanan. Contoh simplenya : Shaum Ramadhan, kita perlu berkorban dengan berpuasa, menahan hawa napsu, dll untuk mencapai Idul Fitri, kembali ke fitrah. Begitu juga dengan Bayi. Apapun bentuk fitrah dan pengorbanannya pasti gak akan pernah sia-sia dan Allah SWT tidak akan pernah keliru menghitung pahala untuk kita, asalkan kita mau menerima sebagai bagian proses mencapai fitrah dan bersabar karenanya.


Maret 2013 - Mei 2013, di trimester kedua pun saya masih beberapa kali muntah, tapi makan dah enakan, segala bisa masuk, kecuali duren dan daging kambing (saran dr. Bintari) dan saya rutin konsumsi air kelapa Ijo sejak bulan keempat, lalu timbul drama kram kaki yang biasanya kumat ketika sedang tidur, ditambah lagi braxton hicks di bulan ke empat. Kejadian pertama kali braxton hicks itu saya alami di bus traja pagi-pagi mau ngantor. Rasanya mules di bagian bawah belakang perut, hampir nyaru sih sama mulesnya mau BAB atau menstruasi. Bedanya braxton hicks yang saya alami pertama kali itu berdurasi.Yang perlu dilakuin, pertama kita jangan panik, posisikan badan tegak dan yang kedua atur napas perlahan. Lalu, seiring dengan semakin membesarnya perut, gerak saya pun jadi semakin terbatas. Seingat saya sejak minggu ke 20an saya sudah gak bisa pasang kaos kaki dan gak bisa gunting kuku kaki lagi seperti biasanya, tapi hikmahnya suami inisiatif sendiri nglakuin itu smua tanpa saya minta. Alhamdulillah.


Juni 2013 - Agustus 2013, di trimester ketiga, saya menjalani shaum Ramadhan, bocornya kena 4 hari [yang 2 harinya karena test lab, dan 2 harinya lagi karna migren] alhamdulillahnya gak ngalamin kaki bengkak, yang ada arareungap a.k.a sesek napas. Tidur mulai tak senyaman biasanya, karna sang janin pun sudah besar dan (sangat) aktif bergerak.. apalagi pergerakannya selalu di jam-jam ketika saya sedang istirahat. Dari minggu ke 30 sampai 36 segala gaya diulik [dari mulai posisi duduk sampai posisi tidur] tapi gak pernah nemu posisi yang bikin nyaman. Disisi lain napsu makan saya (smakin) tinggi, rasanya lapar terus.. mulut koq ya inginnya ngunyah terus, hehehhe... apalagi pas Idul Fitri, mulut gak brenti ngunyah hahaha.. alhasil berat badan saya naik 10 kg. Banyak yang bilang naiknya sedikit, tapi menurut saya ya karna saya udah gendut dari sejak menikah, yang idealnya 45 kg ini malah 52 kg. hehehe...

Sejak cuti melahirkan [1 Agustus 2013, 35minggu kehamilan] saya pindah ke Bandung. Waktunya bertepatan sama mudik lebaran (8-9 Agustus 2013). Jadilah mudik sekaligus cuti melahirkan. Untuk dokter obgyn di Bandung, saya dicek oleh dr. Setyorini Irianti. Beliau praktek di 4 tempat, di Hermina Pasteur, RSHS, RSB Emma Poeradiredja, dan di klinik pribadinya di Jl. Hasan Saputra.

Sedikit cerita, dari sekitar minggu ke 31 sampai detik terakhir melahirkan, posisi janin saya oblique a.k.a melintang (bukan sungsang), konon ini kasus langka, sebagai gambarannya dari 100 wanita hamil ada 95 posisi vertikal (normal), 4 posisi sungsang, dan 1 posisi oblique (melintang).

Ya itulah sekelumit kenikmatan dan kepayahan seorang ibu hamil.
Bagi saya, yang paling berkesan dari fase ini adalah trimester pertama, dimana banyak perubahan terjadi, dari pola makan sampai pola pikir.
Dan sayang rasanya kalau dikeluhkan, justru perlu disyukuri, karena diluar sana masih banyak wanita yang ingin hamil namun belum diberikan kesempatan.
 

_______________________________________
Catatan kaki :
Berat badan ketika menikah (September 2011) : 52 kg, idealnya 45 kg [dowenk!]
Berat badan sebelum hamil (November 2012) : 58 kg
Berat badan sampai hamil 37 minggu (16 Agustus 2013) : 68 kg
HPL : 10 September 2013


Comments